Tuesday, October 4, 2011

Aku Tak Lagi Sendiri


Kini aku tak Sendiri
Oleh : Tri Lego Indah F N

            Dulu, aku dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul. Aku akan sangat cerewet ketika bertemu dengan orang baru. Aku pribadi yang mudah akrab dengan orang lain. Namun, sikapku itu kini berubah 180 derajat. Ketika itu keluargaku mengalami prahara yang perlahan mengubah sikapku. Aku, berubah menjadi pribadi yang sangat tertutup dan susah bergaul. Keadaan ini membuatku selalu merasa sendiri. Berbeda dengan teman-temanku yang lain, kemanapun aku pergi, tak seorangpun ikut menemaniku. Aku merasa sudah cukup nyaman tanpa seorang teman.
            Al hasil, ketika semester 3, aku telah memiliki sebuah komputer jinjing, laptop begitu biasa barang ini disebut. Setiap hari, lepita (nama yang ku berikan kepada laptopku ini) tak ketinggalan untuk ku bawa serta ke kampus. Meskipun tak ada jadwal kuliah, aku tetap pergi ke kampus sambil membawa lepita. Maklumlah, di kampus sudah ada fasilitas internet gratis berupa signal hotspot. Di tempat manapun asalkan masih di lingkungan kampus maka aku akan leluasa untuk berselancar di dunia maya.
            Aku menjadi lebih asyik dengan lepitaku dan duniaku yang baru. Dunia Maya. Dumay menjadi kawan setiaku. Aku bisa browsing apapun yang aku inginkan. Mulai dari info-info lomba sains, artikel-artikel, maupun berita-berita up to date lainnya yang sangat update disajikan oleh beberapa situs seperti kompasiana.com, beritakompas, blogdetik.com, dll.
            Semenjak berkenalan dengan  dunia maya, aku mulai keranjingan menjajal semua jejaring sosial yang ku tahu. Sebut saja facebook, twitter, millatfacebook, yahoo messangger, salingsapa, kemudianers, kompasiana, dan penulismuda semua aku memiliki akunnya. Belum lagi aku yang juga suka belajar ngeblog, mulai njajal untuk membuat blog. Walaupun semua belum ku jajal, namun aku sudah memiliki 5 blog di blogspot dan 2 blog di multiply. Aku memang penggila dunia maya. Yah, bersamanya aku merasa tidak sendiri.
            Awal aku berkenalan dengan dunia fesbuk, aku baru menjalin pertemanan dengan sahabat-sahabat yang menyukai bidang sains, dan organisasi. Sehingga, kebanyakan saat itu yang menjadi friendlistku adalah teman-teman yang pernah sama-sama ikut menjadi peserta kompetisi ilmiah secara offline maupun online. Sedangkan teman-teman organisasi kami terhubung melalui lembaga BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) tingkat fakultas maupun tingkat universitas seluruh Indonesia. Barulah ketika november 2010 aku mulai tertarik dengan dunia literasi. Dan saat itulah aku mulai mencoba peruntungan untuk mengikuti event lomba menulis bertema lagu opick inspirasiku yang diadakan oleh salah satu penerbit di jogja yaitu Leutika. Saat itu aku gagal. Namun, aku tidak patah semangat, justru itulah awal mula aku mulai tertarik untuk belajar lebih banyak mengenai dunia literasi.
            Sejak mengikuti event itu, aku selalu mengamati list daftar peserta dan nama-nama yang sering tampil sebagai juara. Mulailah aku memberanikan diri untuk mengadd mbak Mieny Angel, mbak Riawany Elyta dan Akhi Dirman Al Amin. Beberapa nama penulispun juga sudah menjadi friendlistku sebelumnya, karena nongol diartikel yang biasa ku download, seperti nama Jonru (Jonriah Ukur). Semenjak permintaan pertemanan mereka konfirmasi aku selalu mengikuti catatan yang seringkali mereka buat di note fb mereka. Aku masih canggung untuk berkomentar, alhasil hanya jempol manisku yang ikut nangkring di postingan notes mereka itu J
            Hingga, baru aku sadari, bahwa di dunia kepenulisan siapapun berhak untuk menjadi penulis. Asalkan ada kemauan, niat dan yang paling penting mau menulis. Maka siapapun berhak menjadi seorang penulis. Dan ketika itu, aku terkesima melihat banyak tenaga kerja wanita di hongkong, singapura dan taiwan mereka masuk di jajaran pemenang lomba juga kini telah memiliki buku yang berisi karya mereka. Bagai dibangunkan dari alam bawah sadar, aku benar-benar terkesima. Seorang BMI dengan seabrek pekerjaan sebagai tenaga rumah tangga di negeri orang masih mempunyai waktu untuk menulis. Itulah yang menjadi titik awal aku menyadari bahwa aku termasuk orang yang tidak memanfaatkan waktu yang ada.
            Di awal tadi sudah ku ceritakan bahwa aku pribadi yang tertutup. Namun perlahan, sejak berkenalan dengan seorang BMI asal jember aku menjadi pribadi yang sedikit terbuka. Berawal dari tulisan yang ku kirim ke wall beliau hingga berlanjut obrolan via inbox, aku merasa bahwa beliau adalah kepingan puzle yang selama ini hilang dari jiwaku. Dirinya hadir di saat aku benar-benar butuh seseorang yang paham dengan diriku. Pun, aku memiliki keluarga lengkap. Orang tua yang masih lengkap dengan 1 orang kakak perempuan dan juga 1 orang kakak laki-laki. Namun, aku merasa jauh sekali dengan mereka.
            Sembilan bulan sudah persahabatn itu tercipta. Bukan lagi persahabatan, namun sebuah keluarga kecil di ranah maya telah aku jalin bersamanya. Dirinya sudah ku anggap sebagai ibu bagiku. Kepadanya aku selalu membagi segala kesahku. Dirinyalah motivasi dan inspirasiku untuk terus bersemangat menjalani hidup. Dirinyalah yang membuatku bersemangat untuk terus menarikan pena. Kami memang hanya berada dalam ruang sebatas maya. Namun, rasa memiliki itu telah terpatri dalam jiwa kami masing-masing.
            Jarak, tak membatasi kami untuk saling bersapa via telepon seluler. Aku juga tidak tahu, berapa banyak beliau mengeluarkan pulsa, sekedar untuk mendengar celotehku satu hingga dua jam melalui sambungan telepon. Selalu ada air mata yang tak bisa tertahan setiap kali kami bersapa. Terlebih, saat beberapa hari yang lalu (13 Agustus 2011) beliau menelponku dengan membacakan puisi untukku. Aku hanya bisa terisak haru. Tigapuluh menit, tak satupun kata terlontar dari bibirku. Aku menangis. Begitu tulus beliau  menyayangiku, seperti menyayangi darah dagingnya sendiri.
            Begitulah mungkin, jika dua hati saling terpaut. Rasa saling memiliki, membuat cinta itu tak pernah pudar. Bahkan aku semakin mencintainya. Sekalipun perjumpaan secara nyata belum pernah tercipta, namun kedekatan hati kami berdua membuat kami saling ‘merasa’ ketika diantara kami sedang dilanda rindu yang teramat dalam. Bersamanya, kini, aku tak lagi merasa sendiri.
Special dedicated for my mother on dumay : Yully Riswati

             

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak setelah berkunjung yaa ...