Thursday, March 18, 2010

Sense Of Belonging

KAMMI Unila (KAMMILA) telah lama dikukuhkan keberadaanya. Pengukuhan ketua, jajaran BPH dan PH komisariatpun telah lama digelar. Itupun sudan berselang 2 bulan silam. Dalam penantian yang panjang sebelum pelantikan dan up grading pengurus (pelantikan: Selasa, 16 Maret 2010), KAMMILA sudah banyak melakukan agenda besar berupa proses kaderisasi; 5, 6, dan 7 Maret 2010, berupa Dauroh Marhalah (DM) 1 perdana pasca peleburan 3 komisariat di Unila yang kini menjadi KAMMI Unila (KAMMILA). Dalam pelaksanaannya di lapangan, banyak sekali dinamika yang terjadi- yang ini selaiknya menjadi bahan evaluasi bagi para kader ke depan. Setidaknya sebelum pelantikan seluruh pengurus KAMMILA tidak hanya berdiam diri menunggu, tapi sudah aktif untuk menggelar agenda-agenda yang memang sedianya segera dilakukan, mengingat proses keterbutuhan gerakan hari ini.

Banyak sekali dinamika yang saya rasakan selama hampir 2 tahun saya menjadi seorang anggota biasa 1 (AB 1) KAMMI. Dan memang pasca DM1, lama-kelamaan kader-kader yang telah direkrut tidak semua mampu bertahan. Mungkin ini terjadi karena kader KAMMI belum merasakan diberi sesuatu dan diperlakukan spesial layaknya bayi yang baru lahir. Karena memang di KAMMI yang dituntut adalah bagaimana kita sudah mampu memberikan kontribusi di KAMMI. Mungkin juga karena banyak kader KAMMI yang belum memiliki sense of belonging terhadap KAMMI. Dan belum sepenuhnya memahami fikroh yang dibangun di KAMMI (visi, misi, prinsip, paradigma dan kredo gerakan KAMMI)- yang kalau kader KAMMI mampu memahami fikroh tsb, akan sangat luar biasa output yang diperoleh sebagai kader KAMMI.

Memang tidak dipungkiri, hari ini kader-kader KAMMI terutama di Unila, banyak sekali yang memegang amanah di kampus, sehingga terjadi double amanah bahkan multiple amanah. Hal ini merupakan masalah klasik yang memang seringkali terjadi di tiap tahunnya, yang jadi pertanyaan menggelitik di hati saya, mengapa kebanyakan dari teman-teman tsb lebih disibukkan dengan amanah di kampus dibanding di ‘rumah’ yang telah membesarkan namanya (baca:kammi) dan tidak mau lagi kembali di rumah yang telah membesarkan namanya. Memang saya akui di KAMMI kita tidak dihadapkan pada kondisi kenyamanan seperti halnya di lembaga dakwah kampus ataupun lembaga eksekutif kampus sekalipun (baca:lembaga internal kampus), karena memang di KAMMI kita dihadapkan pada bagaimana kita mampu menjawab keresahan publik dengan perbagai permasalahan yang terjadi, baik di tataran kampus maupun kedaerahan. Karena yang dibangun adalah bagaimana kita tidak hanya menjadi agent of change tapi mampu menempatkan dirinya sebagai direct of change.

            Keresahan pribadi yang bisa jadi juga sudah menjadi keresahan jama’ah. Mari bersama kita sikapi dengan menciptakan sense of belonging di hati kita masing-masing.
Albarokah, 18 Maret 2010

No comments:

Post a Comment

Tinggalkan jejak setelah berkunjung yaa ...